Padang, sabalango.com – Sejak zaman dahulu kegiatan menyetrika sudah menjadi kebutuhan untuk menunjang kerapian dalam berbusana. Melihat sejarahnya, alat penyetrika sejak zaman dahulu telah banyak berevolusi. Dari yang berbahan terbuat batu, kaca dan kayu, besi hingga setrika listrik. Sekitar abad ke 15 ditemukan setrika yang terbuat dari besi berbentuk kotak di dalamnya di isi arang, arang tersebut menjadi sumber panas untuk melicinkan pakaian. Setrika langka dan unik ini masih bertahan di Kota Padang tepatnya di Padang Teater lantai 2 dengan kios yang terletak di posisi belakang berukuran 3×2 meter .
Jasa usaha menyetrika arang ini di tekuni oleh Darul Zaman atau yang kerap di panggil Rul Tanjung. Bapak dari 3 orang anak yang berusia 62 tahun ini adalah menjadi satu-satunya yang aktif menyediakan jasa setrika baro/bara. Tahun 1973 awal mula saya mempelajari trik dan cara menggunakan setrika baro yang saya dapatkan dari mamak saya. Dan pada tahun 1991 saya fokus untuk memulai usaha saya sendiri.”tutur pria kelahiran 5 Desember 1960 ini.
Sempat beralih profesi Rul Tanjung mencoba peruntungan di bidang perdangan di Kalimantan. Namun alhasil usaha yang dicobanya tak berjalan lancar. Sehingga dia pun kembali sebagai seorang penyeterika baro.
Proses menghidupkan setrika baro tidak begitu rumit, arang disiram dengan minyak tanah kemudian diberi api, “ujar Rul Tanjung. Usaha yang telah di geluti puluhan tahun ini sangat tampak dari kepiawaiannya dalam menyetrika. Sesekali dia pun memercikan air ke kain yang fungsinya agar lebih rapi. Untuk mengatur suhu nya pun butuh feeling jika dirasa suhu terlalu panas Rul Tanjung memasukan arang kedalam sterika tadiarapan . Sebab bahaya jika suhu terlalu tinggi bisa merusak pakaian konsumen, ”ujarnya. Untuk meminimalisir kerusakan pakaian di alasi kain yang berbahan dasar katun
Jasa setrika baro ini sering di gunakan oleh penjahit di sekitaran kios nya, ketika jahitan siap lalu di antarkan kepada Rul agar semakin rapi. Pakaian-pakaian yang di setrika Rul Tanjung kebanyakan celana kantoran, jas blazer sesekali pakaian harian itupun pelanggannya teman-teman sekitarnya. Untuk harga menyetrika di mulai dari Rp 3.000 hingga10.000 tergantung dasar kain.
Usaha ini membutuhkan keahlian sebab jika salah teknis pakaian bisa terkena baranya dan rusak. Rul Tanjung sendiri menceritakan pengalamannya ketika baju yang disetrikanya terkena bara, bukannya untung malah Rul harus menganti dasar kain konsumennya tersebut.
Arang yang di gunakannya dibeli di dekat kantor walikota Padang lama, harga sekarungnya di bandrol Rp. 180.000, satu karung besar bisa di gunakan 7 sampai 10 hari tergantung banyaknya pakaian yang di setrika. Dalam sehari jika sedang ramai Rul bisa menyetrika 70-80 helai pakaian, untuk pendapatan tertinggi perhari bisa mencapai Rp. 200.000.Saya mulai mengosok dari pukul 08.00 sampai pukul 17.00 , “tutur Rul”
Kini setrika baro boleh dikatakan hal langka dan jika terjadi kerusakan pada besi maka menggantinya cukup mahal, di pesan ke pulau Jawa dengan harga Rp.2.000.000 dan itupun harus membeli minimal 10 pcs.
Dari usaha ini ia mampu membesarkan 3 orang anaknya menjadi sarjana, meskipun anaknya sudah bekerja namun ia mengaku tidak ingin berhenti bekerja. Suka duka dalam usaha ini sudah saya rasakan dan permintaan alhamdulillah mulai seperti biasa, sempat sepi ketika pandemi corona melanda , “ujar lelaki 62 tahun tersebut.
Harapan Rul Tanjung, adanya perhatian dari pemerintah untuk melestarikan usaha-usaha kecil ini . Sekarang pekerjaan ini tidak ada lagi penerusnya sebab generasi muda rata-rata memilih bekerja kantoran.
Berganti Zaman, Setrika Baro Tetap Eksis
